2012 Fashion Icon
Sjamsidar Isa : Pelopor Institusi Designer dan Pengelola Acara Mode Indonesia
Mengawali karirnya dengan bergabung pada Rumah Batik Iwan Tirta, kemudian pada tahun 1974, bersama Prajudi Admodirdjo dan Lili Salim membentuk STUDIO – 1 yang bergerak dalam bidang ”fashion and design consultant”. Pada masa inilah ia mempelopori hadirnya koleksi rancangan desainer dalam bentuk ”ready to wear”. Bersama beberapa perancang busana – Harry Darsono, Prajudi Admodirdjo (alm) dan Susan Budihardjo pada tahun 1985 mendirikan Ikatan Perancang Busana Madya Indonesia serta menjabat sebagai ketua IPBMI sampai dengan 1993. Ia mengembangkan profesi perancang busana sesuai dengan hakikatnya sebagai insan seni yang senantiasa kreatif serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menghargai karya para perancang Indonesia.\r\n
Nian S. Djumena : Pemerhati dan Pelestari Jejak Batik melalui Penulisan Literatur
Kecintaannya kepada kain sudah dimulai sejak remaja. Nian dilahirkan di keluarga yang bergerak di dunia tekstil. Kesukaannya mengoleksi kain batik yang membuatnya mencari tahu perbedaan dan persamaan batik dari berbagai daerah, filosofi, makna maupun kaitan sejarahnya melalui berbagai buku. Pada tahun 1986 diterbitkan buku pertamanya Ungkapan Sehelai Batik, kemudian pada tahun 1990 ia menulis Batik dan Mitra, hingga buku ketiganya Lurik : garis-garis bertuah yang mendapatkan penghargaan dari Yayasan Buku Utama yang diserahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
\r\n
Ghea Panggabean : Perancang Fashion dengan Kreasi Kreatif Mengangkat Inspirasi Kain Daerah
Dikenal sebagai desainer yang kerap menampilkan etnik khas Indonesia dalam setiap rancangannya. Ia mengakui kekayaan budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi hidup dan berkarya. Di tahun 80-an ia melakukan gebrakan baru di dunia fashion dengan mengeksplorasi kain lurik dan jumputan yang terkenal dengan keeksotisannya. Dengan sentuhan tangan kreatifnya, kain jumputan yakni kain tradisional motif ikat-celup (tie dye) bisa hadir lebih menarik dan modern.